Dalam
suatu ceramah di sebuah desa di Aceh penulis sempat terkejut ketika mendengar
sang penceramah membuat pernyataan aneh dan melecehkan sunnah Nabi Saw.
Penceramah tersebut menyatakan bahwa orang – orang yang berjenggot adalah
Yahudi. Entah apa yang menyebabkan penceramah tersebut terlalu ekstrim terhadap
jenggot. Anehnya penceramah tersebut merupakan orang yang dihormati oleh
masyarakat disekitarnya. Beliau juga dianggap sebagai seorang `alim di
daerahnya.
Di
kesempatan lain penulis juga sempat mendengar pernyataan seorang imam mesjid
disebuah kampung yang kebetulan berdekatan dengan penulis. Imam tersebut
mengatakan bahwa orang – orang yang memelihara jenggot sama dengan kameng bhok
(kambing jantan). Di kesempatan lain lagi
penulis juga menangkap pernyataan seorang imam desa yang mengatakan
bahwa memelihara jenggot bukan lagi sunnah Nabi Saw karena kaum Yahudi juga
sudah memelihara jenggot. Menurut beliau, kita tidak boleh melakukan hal yang
menyerupai Yahudi. Karena Yahudi sudah memelihara jenggot maka kita tidak perlu
lagi memelihara jenggot, demikian ucapan yang imam tersebut. Aneh memang, tapi
kejadian ini nyata.
Seiring
dengan kampanye “terorisme” yang digaungkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya,
tiba-tiba di kalangan aparat dan beberapa kelompok Islam, ikut ‘terprovokasi’
dengan menjadikan urusan jenggot dengan “teror”. Alih-alih mencari pembenaran,
beberapa orang –sebagian bahkan tokoh agama—menjadikan istilah “Wahabi”,
“Salafy” seorang identik dengan gerakan radikal atau teror.
Yang berjenggot “Wahabi”? …
Penulis
juga sering mendapati stigma buruk yang dilontarkan sebagaian kalangan “anti
sunnah” dengan mengatakan bahwa orang yang memanjangkan jenggot adalah Wahabi
(gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Syeikh Muhammad Bin Abdil Wahab).
Sungguh
dangkal pikiran mereka sehingga menuduh orang yang berjenggot sebagai Wahabi?
Lagi pula apa hubungannya antara jenggot dan Wahabi? Tanpa harus belajar agama
atau sekolah di Timur Tengah, banyak para seniman dan penyanyi rock juga
berjenggot. Seorang dukun seperti Ki Joko Bodo atau pentolan Band DEWA, Ahmad
Dhani saja berjenggot. Namun belum tentu mau mereka dikaitkan gerakan radikal
atau Wahabi.
Sebaliknya,
belum tentu juga ia memanjangkan jenggot karena alasan dalil agama dan sunnah
Nabi. Anggapan sebagian orang yang menyatakan bahwa kita tidak boleh lagi
berjenggot karena orang Yahudi sudah berjenggot adalah anggapan yang sama
sekali tidak berdasar.
Dalam
banyak riwayat, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menyelisihi Yahudi
dalam segala hal. Adapun sekarang pada saat Yahudi memelihara jenggot bukan
berarti kita tidak boleh lagi memelihara jenggot karena takut menyamai Yahudi.
Anggapan ini jelas salah besar dan merupakan syubhat yang nyata dalam agama.
Kita
tidak boleh meninggalkan sunnah Nabi Saw hanya karena amalan tersebut sudah
dilakukan oleh seorang atau segelintir Yahudi. Sama pula dengan kaum Yahudi. Seorang
Muslim memanjangkan jenggot dalam rangka menjalankan sunnah Nabi Saw, berbeda
dengan Yahudi yang statusnya kafir. Walaupun dia memanjangkan jenggot, hal itu
bukanlah mengikuti sunnah, karena Yahudi sendiri tidak beriman dengan Nabi saw.
Jadi
bagaimana mungkin Yahudi mengikuti
perintah orang yang tidak ia imani (Nabi Saw)? …
Jika
sekarang kita mencukur jenggot karena Yahudi sudah memanjangkan jenggot maka
yakinlah suatu saat satu persatu sunnah
Nabi Saw akan musnah karena dianggap menyamai Yahudi.
Nah,
bagaimana jika suatu saat Yahudi berpuasa di bulan Ramadhan, apa kita juga
harus meninggalkan puasa dikarenakan Yahudi sudah berpuasa? Bagaimana pula jika
seandainya nanti ada Yahudi yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul Saw?
Apa kita juga harus meninggalkan keimanan kita kepada Allah dan Rasul
dikarenakan takut menyamai si Yahudi?
Jenggot Dalam Pandangan Islam
Menurut
penulis pernyataan yang dilontarakan oleh orang – orang yang anti kepada
jenggot adalah pernyataan yang menyelishi sunnah Nabi Saw. Meskipun pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang
yang dianggap `alim apabila bertentangan dengan sunnah Nabi Saw maka harus
tetap dibantah dengan hujjah yang shahih. Agama ini dibangun dan ditegakkan
dengan dalil, bukan dengan logika dan pendapat.
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rh, Rasul Saw bersabda: “Ahfu
syawariba wa a`ful liha.” (pangkaslah kumis dan panjangkan jenggot). Dalam
hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Muslim, Nabi saw bersabda: “Arkhul
liha” (biarkan jenggot memanjang turun).
Dalam
sebuah riwayat sahih juga disebutkan bahwa jenggot Rasulullah Saw memenuhi
dadanya. Hal ini dibuktikan dengan periwayatan dari para sahabat yang
mengetahui bacaan Rasul Saw dengan bergeraknya jenggot beliau.
Syeikh
Muqbil bin Hadi Al Wadi`i, seorang ulama Salafy dalam risalah tanya jawab yang
ditulisnya menyebutkan bahwa memangkas jenggot merupakan perbuatan menyerupakan
diri dengan perempuan dan kuffar. Beliau juga menjelaskan bahwa yang pertama
sekali membuat kebiasaan buruk ini (mencukur) jenggot ditengah – tengah kaum
muslimin adalah kaum sufi sebagaimana tersebut dalam kitab “Talbis Iblis”.
Lebih
jauh lagi Syeikh Muqbil menyebutkan bahwa ada sebagian orang memelihara jenggot
untuk menipu maka hal ini bukanlah dosa jenggot, namun dosa penjahat tersebut.
Kaum musyrik tetap saja musyrik walaupun dia memelihara jenggot. Bisa jadi
orang yang mencukur jenggotnya lebih taat dan `alim daripada orang yang
berjenggot, tapi orang yang memangkas jenggot tetap dihukumi fasiq karena menyelisihi
perintah Nabi Saw.
Adapun
bagi orang – orang yang menganggap jenggot sebagai kekurangan layaknya bulu
kemaluan dan bulu ketiak maka dia dihukumi kafir murtad, demikian penjelasan
Syeikh Muqbil dalam risalahnya.
Seperti
kita ketahui bersama bahwa para sahabat Ra, Imam Mujtahid dan ulama – ulama
terdahulu semuanya memelihara jenggot dikarenakan hal tersebut merupakan sunnah
Nabi Saw. Dalam sebuah hadits yang bersumber dari Anas bin Mali Ra, Rasul Saw
bersabda: “faman ragiba `an sunnati falaisa minni.” (barang siapa menyelisihi
sunnahku maka dia bukan dari golonganku).
Hadits
ini sahih diriwayatkan oleh dua Imam besar Bukhari dan Muslim. Sesungguhnya
sebaik – baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik – baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Saw. Pertanyaannya, jika memang benar memanjangkan jenggot
itu ada kaitannya dengan Wahabi bagaimana Anda menempatkan para Nabi `alaihi
shalatu wassalam, para sahabat, tabi`in, tabiut tabi`in, dan para imam
mujtahid? Apakah mereka juga Wahabi karena beliau-beliau telah memanjangkan
jenggotnya?
Apakah
Nabi Harun As yang jenggotnya pernah ditarik oleh Musa As juga seorang Wahabi? …
Apakah
Imam Syafi`i yang mazhabnya dianut hampir di sepertiga benua, termasuk warga
Nahdhiyyin di Indonesia juga kita sebut Wahabi?
Imam
Ghazali dan Ibnu `Arabi yang menjadi panutan kaum sufi juga memanjangkan
jenggot, lantas apa kita harus menyebut mereka sebagai Wahabi?
Akhirul
kalam, boleh jadi, stigma-stigma Wahabi, jenggot dan lain-lain yang kini banyak
digaungkan sebagai bentuk-bentuk gerakan "pecah-belah" umat.
Karenanya, tak ada salahnya kita mulai berfikir jernih dan belajar ilmu agama
secara lebih mendalam agar kita tidak termasuk orang-orang yang jahil. Wallahul
Waliyut Taufiq.
Penulis
adalah Alumni IAIN Ar- Raniry, tinggal di
Bireuen, Aceh
Keterangan:
Paranormal Indonesia, Ki Joko Bodo dan Ahmad Dhani yang suka memanjangkan
jenggot
Sumber : Hidayatullah.com